Selasa, 15 Mei 2012

Budidaya Jamur Shitake

Budidaya Jamur Shitake
suhadahanum.blogspot.com
Budidaya Jamur Shitake merupakan suatu upaya untuk mengembangkan populasi jamur shitake melalui upaya-upaya produktif dan inovatif sehingga menghasilkan jamur shitake yang bermutu dan tingkat produksinya tinggi. Tanpa upaya yang sungguh-sungguh dan penanganan yang baik, rasanya tidak mungkin kita bisa menghasilkan produksi jamur shitake yang sesuai dengan apa yang kita harapkan. Oleh karena itulah, melalui artikel ini diharapkan selain para petani jamur mengerti cara Budidaya Jamur Shitake, juga memahami bahwa setiap usaha perlu kesungguhan agar dapat membuahkan hasil yang maksimal.

Jamur Shiitake adalah sejenis jamur yang mempunyai prospek yang cerah. Jamur ini mempunyai peluang pasar domestik dan global, dapat dimanfaatkan sebagai obat dan dapat sebagai makanan. Di bawah ini dibahas tentang budidaya jamur shiitake dengan media tanam menggunakan serbuk gergaji.
Tahapan Budidaya Jamur Shitake dengan media serbuk gergaji adalah sebagai berikut:
Untuk budidaya jamur shiitake perlu disiapkan media tanam yaitu serbuk gergaji yang dikomposkan. Serbuk ini dibiarkan kena hujan dan panas selama dua minggu dan disiram dengan air. Tujuan penyiraman ini selain menyempurnakan pengomposan juga untuk menghilangkan sisa-sisa minyak yang ada pada serbuk gergaji. Setelah itu, serbuk gergaji ditiriskan dengan diangin-anginkan, yang kemudian dapat digunakan sebagai media.

Penyiapan media harus dijaga kebersihannya terutama karena bibit jamur stadium miselium rentan terhadap perubahan lingkungan antara lain kelembapan dan temperatur.

Setelah inokulasi, pertumbuhan hifa cukup kritis dan memerlukan kondisi lingkungan yang cocok dan relatif stabil. Faktor penting dalam pembentukan tubuh buah yaitu, kelembaban, konsentrasi gas 02 dan cahaya. Kadar air media untuk pertumbuhan vegetatif bergantung pada jenis media yang dipakai. Untuk media kayu utuh, kadar air optimum adalah 45-60% sedangkan media serbuk gergaji adalah 60-75%. Faktor fisik lain seperti suhu, oksigen, cahaya dan gaya tarik bumi juga merupakan faktor-faktor penting.

Pertumbuhan vegetatif optimum adalah pada suhu 20-22 derajat C, sedangkan pada saat pertumbuhan tubuh buah memerlukan suhu optimum yang bervariasi bergantung pada speciesnya. Strain dingin dapat menghasilkan tubuh buah dengan baik pada suhu 12-18 derajat C dan Strain pada suhu 20-22 derajat C.
Shiitake membutuhkan kadar oksigen lebih tinggi pada saat pembentukan tubuh buah dibandingkan dengan tahap pertumbuhan vegetatif miselium. Itulah sebanya pada log-log plastik (polybag) yang telah terjadi pertumbuhan miselium vegetatif harus dibuka pada saat yang tepat. Hal ini akan mempengaruhi penguapan air dari dalam polybag yang tidak diinginkan. Untuk mengulangi penyiraman dilakukan dengan air kran.
Jamur membutuhkan cahaya pada fase pertumbuhan generatif atau akhir pertumbuhan vegetatif. Cahaya terutama berperan dalam proses perangsangan terbentuknya tubuh buah. Cahaya yang diperlukan yaitu cahaya biru sampai mendekati ultra violet. Intensitas cahaya dianggap cukup apabila dalam ruangan, kita dapat membaca koran dengan jarak satu lengan antara koran dengan mata.

Pertumbuhan miselium vegetatif umumnya lebih cepat di dalam log dengan posisi vertikal. Ini menandakan adanya pengaruh gaya gravitasi terhadap pertumbuhan miselium vegetatif.

Log dipelihara sampai terbentuk lapisan miselium yang mengeras pada permukaan log. Setelah itu akan muncul benjolan-benjolan dengan ukuran yang bervariasi yang tampak menyembul ke permukaan log. Pada saat itu tutup kapas mulai diperlonggar untuk membantu sirkulasi udara yang membantu pigmentasi. Kemudian akan diikuti dengan pembentukan warna kecoklatan yakni suatu tanda pigmentasi. Setelah pigmen terbentuk tutup kapas dibuka sepenuhnya.

Lapisan miselium yang berwarna kecoklatan ini kemudian mengeras dalam waktu sekitar 30 hari seperti kulit batang. Respon ini biasanya berkaitan dengan upaya jamur untuk mengurangi penguapan air dari log. Kadar air di dalam log akan tetap tinggi di luar relatif kering. Kulit inilah yang berperan sebagai pelindung miselium di dalam log dari proses penguapan dan serangan jamur liar. Pada saat inilah, proses pembuahan sudah mulai disiapkan dengan memberikan rangsangan fisik berupa suhu dingin dan kadar air yang berlimpah, dengan cara meredam log jamur dalam air selama beberapa jam sampai semalaman dengan suhu sekitar 15 derajat C. Setelah proses perangsangan selesai, log disimpan kembali ke rak pemeliharaan. Pemeliharaan selanjutnya sangat ditentukan dari pengaturan kadar oksigen dan kelembaban udara

Pengaturan kadar oksigen dapat dilakukan dengan membuka jendela ventilasi pada saat kelembaban udara di luar tinggi. Pengaturan kelembaban dapat dilakukan dengan cara penyiraman dengan air secara berkala terutama kalau kelembaban udara di luar rendah (biasanya siang hari). Kadar CO2, yang diperbolehkan dalam ruang pemeliharaan adalah berkisar antara 1200-1500 ppm.

Kadar air log selama proses pembentukan tubuh buah harus dipertahankan antara 55-65%. Untuk menjaga kadar air ini dapat dilakukan dengan kelembaban udara di ruang pemeliharaan antara 80-90%. Setelah tubuh buah mencapai ukuran dewasa, kelembaban udara diatur berkisar 65-85%. Hal ini dilakukan untuk memperoleh tubuh buah dengan aroma dan tekstur yang lebih baik. Suhu udara yang terlalu tinggi menghasilkan tubuh buah dengan tekstur yang relatif lembek dan tidak dapat disimpan lama, serta aromanya kurang baik. Penurunan kelembaban akan menghasilkan tubuh buah yang pecah-pecah dengan tekstur yang lebih keras dan dapat disimpan relatif lebih lama dan aromanya lebih baik. Tekstur yang seperti inilah biasanya disukai oleh konsumen di luar negeri.

Proses pembentukan tubuh buah bisa terjadi dalam waktu 5-6 bulan setelah inokulasi. Proses ini dapat terjadi 2-3 kali dengan periode istirahat sekitar 6 bulan. Pemanenan dilakukan setelah tudung membuka sekitar 60-70%. Pada fase ini kondisi tudung sudah menampakan lamela pada bagian bawah tetapi pinggirannya sedikit menggulung. Jika jamur dipanen lewat waktu tersebut biasanya kualitasnya kurang baik, sedangkan apabila jamur dipanen sebelum masanya tidak akan menghasilkan hasil yang maksimum (produktivitasnya rendah).

Pengelolaan pascapanen perlu hati-hati, karena jamur cepat layu/membusuk. Untuk mengatasi hal tersebut jamur dapat disimpan pada suhu 1-5 derajat C maksimal 4 x 24 jam. Atau dengan cara pengeringan dengan sinar matahari atau aliran udara hangat.

Tidak ada komentar: