Minggu, 13 Maret 2011

KISAH NABI MUHAMMAD SAW 1

Rasul Akhir Zaman


Bagian I; “Mekah”


M
uhammad lahir di Mekkah, bertepatan dengan tahun gajah. Tahun itu disebut tahun gajah karena ditahun itu pasukan gajah yang dipimpin Abrahah al-Asyram dari Habasyah menyerang Kakbah. Peristiwa kelahiran Muhammad terjadi pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal.

Tanda- tanda kenabian Muhammad sudah tampak semenjak ia dilahirkan. Saat, ia lahir,  bersamaan dengan sinar yang menerangi istana-istana di Syam, pada saat itu pula pemujaan kaum Majusi di Persia padam. Padahal, selamanya api itu tak pernah padam. Muhammad adalah putra pasangan Aminah dan Abdullah. Abdullah sendiri telah meninggal ketika Muhammad masih berada dalam kandungan. Maka, Muhammad pun terlahir sebagai anak yatim.


Segera setelah Muhammad lahir, Aminah mengutus orang menemui kakek Muhammad, yaitu Abdul Muthalib, untuk menyampaikan kabar lahirnya sang bayi. Abdul Muthalib segera dating dengan sangat gembira atas kelahiran sang cucu. Dengan penuh rasa syukur dan suka cita, ia kemudian membawa bayi Muhammad kedalam Kakbah. Disana ia berdoa dan bersyukur kepada Allah.

Abdul Muthalib lalu memberi nama kepada bayi itu. Ia memilih nama Muhammad. Pada hari ketujuh, bayi itu pun dikhitan, sesuatu yang sudah biasa dilakukan oleh orang Arab.

Mencari Ibu Susuan


Menurut tradisi orang Arab yang sudah maju, anak tidak di susui ibunya sendiri. Orang-orang mencari perempuan yang bisa menyusui anak mereka. Tujuannya adalah untuk menjauhkan sang bayi dari penyakit yang menular yagn ada ditempat kelahirannya, juga agar tubuhnya menjadi kuat. Yang lebih penting lagi, dengan begitu sang anak akan bisa belajar bahasa Arab dengan baik.

Untuk bayi Muhammad, sang kakek sendirilah yang mencari ibu susuan. Ia meminta seorang perempuan Bani Sa’ad bin Bakr untuk menyusuinya. Perempuan itu bernama Halimah Sa’diyah, istri Al-Harits bin Abdul uzza.

Kala itu Halimah tengah berada di Mekkah untuk mencari bayi untuk disusui. Ia dan suaminya sudah menempuh perjalanan yang amat panjang. Ia menaiki seekor keledai, sementara suaminya menaiki seekor unta yang sudah tua.

Teman-temanya sudah mendapatkan bayi, sementara ia belum. Satu-satunya bayi yang tersisa adalah Muhammad. Teman-teman Halimah tidak mau menyusui Muhammad karena ia anak yatim. Mereka memang mencari upah yang lebih besar dari orang tua bayi. Maka, akhirnya Halimah pun mengambil bayi Muhammad.
Setelah Halimah mengambil Muhammad, keajaiban terjadi. Untanya yagn sebelumnya tidak bisa mengeluarkan susu sama sekali tiba-tiba bisa mengeluarkan susu. Begitu pula hal nya disaat mereka tiba dikampung halaman. Tanaman yagn semula tidak subur berubah menjadi subur ketika Halimah dan suaminya dating. Domba-domba mereka pun menyongsong kedatangan sang tuan dalam keadaan gemuk dan menghasilakan banyak susu, padahal binatang-binatang orang lain tidak mengahasilkan susu sama sekali.
Halimah sendiri tidak hanya menyusui Muhammad. Jadi,  Muhammad mempunyai banyak saudara sepersusuan, diantaranya Abdullah bin Harits, Anisah binti Al-Harits, dan Hufazah. Saat berada ditengah kaum Bani Sa’ad inilah Muhammad mengalami peristiwa mengkhawatirkan. Saat sedang bermain dengan teman-teman sebaya, ia didatangi malaikat Jibril. Malaikat itu memegang, menelentangkan, dan seketika itu juga membelah dada Muhammad . Dikeluarkannya hati serta segumpal darah dari dadanya sambil berkata,

“Ini adalah bagian setan yang ada pada dirimu.” Ia lalu mencucinya. Setelah semuanya selesai, Jibril menata dan memasukan apa yang sudah dikeluarkannya kembali ke tempat semula.

Teman-teman Muhammad berlarian mencari ibu susuan.
“Muhammad telah dibunuh!” kata mereka.

Sang ibu susu dan anak-anak itu bergegas menghampiri Muhammad. Namun, yang mereka temukan justru adalah Muhammad dengan wajah yang semakin berseri-seri.

Menggembala Kambing 

Tak lama setelah Muhammad dikembalikan, sang ibu meninggal dunia. Muhammad kecilpun diasuh oleh sang kakek, Abdul Muthalib. Dan saat Muhammad berumur enam tahun, sang kakek pun meniggal. Setelah itu, Muhammad diasuh oleh paman beliau, Abu Thalib. Anu thalib sendiri orang miskin, tidak punya harta yang cukup. Hidupnya pas-pasan, tidak seperti saudaranya yang kaya raya.

Saat menginjak remaja, Muhammad berusaha membantu sang paman dengan menggembala kambing. Kambing-kambing yang digembalakannya adalah kambing-kambing Bani Sa’ad dan juga kambing-kambing Mekkah. Dari pekerjaan itu Muhammad meperoleh upah beberapa dinar. Ia tidak sungkan melakukan itu karena apa yagn dikerjakannya halal dan tidak merugikan orang lain.

Dengan menggembala kambing, Muhammad belajar menyayangi, belejar menjadi pemimpin yang sabar. Para nabi lain pun banyak yang menjadi penggembala kambing.

Berdagang ke Syam


Muhammad yang masih belia sering diajak Abu Thalib berdagang ke luar negeri. Suatu ketika mereka pergi ke Syam.
Ketika rombongan dagang itu sampai dikota Bursha, mereka bertemu seorang pendeta yang memahami kitab Allah yang tinggal didaerah itu. Pendeta itu bernama Bahira. Pendeta Bahira mempersilakan Abu Thalib mampir ke tempatnya.

“Luar biasa,” kata Pendeta Bahira.
“Luar biasa bagaimana?” Tanya Abu Thalib tak mengerti.
“Anak ini akan mnejadi pemimpin umat manusia diseluruh dunia. Dia akan menjadi seorang nabi,’’ jawab Pendeta Bahira.
“Dari mana kau tahu?” Abu Thalib keheranan.
“Sejak kalian tiba disini, pepohonan dan bebatuan bersujud kepadanya,” jelas Pendeta Bahira.
“Tanda itu hanya dimiliki seorang nabi. Aku bisa memastikannya. Coba lihat tanda di tubuhnya. Ada tanda sebesar buah apel dibawah pundaknya.”

Pendeta Bahira lalu meminta Abu Thalib membuka baju Muhammad.
Abu Thalib bahagia sekali mendengar keterangan Pendeta itu. Bahira lalu meminata Abu Thalib membawa pulang Muhammad karena ia mengkhawatirkan keselamatannya.
“Jangan sampai orang Yahudi tahu karena mereka akan mencelakakannya,” kata pendeta itu.
Mengikuti anjuran Bahira, akhirnya Abu Thalib mengajak Muhammad kembali pulang, tidak jadi melanjutkan perjalanan. Semua itu dilakukannya demi keselamatan sang calon nabi.



Akhlak Muhammad sangat terpelihara. Beliau tak pernah melakukan hal-hal tercela. Beliau sangat jujur, tak pernah berbohong, bisa dipercaya, juga pandai dan cerdas. Oleh karena itu, orang sering memintanya untuk menyelesaikan perselisihan. Pada usia dua puluh lima tahun, Muhammad pergi berdagang ke Syam. Untuk kedua kalinya ia berangkat ke sana. Tapi, kali ini ia menjalankan dagangan milik Khadijah binti Khuwailid, seorang bangsawan dan pedagang terpandang yang kaya raya.khadijah memang biasa menyuruh orang menjual dagangannya. Tapi, ia tidak hanya sekadar menyuruh mereka; ia akan membagi hasil dengan orang yang menjalankan dagangannya. Jadi, bisa dikatakan ia adalah pemodal, sementara orang-orang Quraisy yang berdagang menjalankan modal darinya. Bagaikan Gayung bersambut.

Ketika mendengar tentang sifat Muhammad, Khadijah langsung tertarik. Ia mengagumi kejujuruan dan akhlak mulia Muhammad. Ia lalu mengirim utusan guna menemuinya. Utusan Khadijah pun segera menemuu Muhammad untuk menawarinya berangkat ke Syam memperdagagnkan dagangan Khadijah. Khadijah akan memberikan imbalan yang besar. Muhammad menerima tawaran itu. Maka, beliau pun berangkat ke Syam ditemanioleh Maisarah, oran gkepercayaan Khadijah.

Menikahi Khadijah


Sepulang dari syam, Muhammad mendapatkan keuntungan sangat besar. Khadijah belum pernah mendapatkan keuntungan sebesar itu. Maka, bertambahlah kepercayaannya kepada Muhammad.
Maisarah mengagumi akhlak dan kejujuran Muhammad selama berada dalam perjalanan. Semua itu diceritakan kepada Khadijah. Khadijah semakin tertarik kepada Muhammad, seakan menemukan sesuatu miliknya yang pernah hilang.

Kadijah kemudian teringat kepada temannya, Nafisah binti Munyah. Ia meminta Nafisah menemui Muhammad untuk menikah dengannya. Ternyata Muhammad menerima tawaran itu. Muhammad lalu menemui paman-pamannya. Dan paman-paman itu pun kemudian menemui paman Khadijah untuk mengajukan lamaran.

Dua bulan sepulang dari syam, ketika semua sudah beres, pernikahan pun dilaksanakan dengan mas kawin 20 ekor unta muda. Waktu itu Khadijah adalah seorang perempuan berusia empat puluh tahun yang terpandang, cantik, kaya, dan pandai. Ia adalah perempuan pertama yang dinikasi Muhammad. Orang-orang yang hadir dalam pernikahan itu adalah Bani Hasyim dan pemuka Bani Mudhar.

Diutus Sebagai Rasul 


Menjelang usia 40 tahun, Muhammad sering mendapat mimpi. Mimpi itu muncul berturut-turut selama 6 bulan. Dalam mimpi itu ia selalu melihat fajar menyingsing, pertanda kenabian.

Setelah sekian lama Muhammad tak henti-henti bertakafur dan berdoa, suatu hari turunlah malaikat Jibril kepadanya ketika beliau tengah berada di Gua Hira. Jibril muncul dalam wujud laki-laki berjubah putih. Karena belum pernah melihat Jibril sebelumnya, Muhammad tidak tahu bahwa orang yang muncul itu adalah malaikat Jibril.

Setelah muncul, tiba-tiba Jibril memeluk Muhammad dengan sangat erat hingga dada Muhammad pun terasa sesak. Setelah itu ia berucap, “Iqra’ (bacalah)”

“Aku tak bisa membaca”jawab Muhammad.
“Bacalah!” Jibril mengulang perintahnya. Dekapannya semakin erat.
“Aku tak bisa membaca”
“Bacalah!” untuk ketiga kalinya Jibril menyuruh Muhammad membaca. Dada Muhammad makin sesak oleh pelukan Jibril.
“Aku tak bisa membaca,” jawaban Muhammad masih sama. Ia tak bisa membaca.
Jibril kemudian melepaskan pelukannya. Muhammad merasa lega. Ia kembali bernapa
s.
Sesudah itu Jibril membacakan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW., surat Al-alaq ayat 1-5. Rasulullah pun menirukan bacaan malaikat Jibril dan mengulangnya.

Saat berjalan pulang, badan Rasululullah masih mengigil karena takutnya. Badan Beliau gemetar. Terbayang oleh beliau laki-laki misterius yang baru saja menemui dan tiba-tiba merangkul serta menyuruhnya membaca.
Sesampai dirumah, Rasulullah langsung menemui Khadijah.

“Selimuti aku…, selimuti aku…,” kata beliau kepada sang istri.
Segera Khadijah mengambil selimut dan menutupkannya pada tubuh Rasululullah agar berhenti menggigil.
“Apa yang terjadi padaku?” Tanya Rasulullah.
“Memangnya kenapa?” Khadijah balik bertanya.

Rasulullah lalu menceritakan apa yagn baru saja beliau alami di Gua Hira, bahwa seorang laki-laki aneh berjubah putih mendatangi beliau kemudian memeluk dan menyuruh beliau membaca.

“Aku khawatir sekali pada diriku,” Rasulullah melanjutkan.
“Tidak. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau dalah orang yang suka menyambung silaturahmi, meringankan beban orang lain, member makan orang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang,” kata Khadijah menenangkan.

Akhirnya, Khadijah membawa Rasulullah menemui Waraqah, anak pamannya yang juga seorang pendeta tua.
Kepada Waraqah Rasulullah menceritakan semua kejadian yang telah beliau alami di Gua Hira.

“Dia adalah Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan aku masih muda ketika kaummu mengusirmu kelak….,” kata Waraqah setelah mendengar semuanya.
“Benarkah mereka akn mengusirku?” Tanya Rasulullah.
“Benar. Tak ada orang yang membawa seperti yang engkau bawa kecuali akan dimusuhi kaumnya,” lanjut Waraqah. “Jika saja saat itu aku masih hidup, aku pasti akan membantumu…”

Jibril Menampakkan Diri Lagi


Suatu hari, ketika Rasulullah sedang berjalan, tiba-tiba terdengar suara dari atas.

“Wahai Muhammad! Engkau adalah Rasul Alah, dan aku adalah Jibril…”

Segera Rasulullah mendongakkan kepala. Beliau melihat Jibril duduk di senuah kursi yang menggantung di langit. Kembali merasa takut dan menggigil, beliau pun bergegas pulang.

“Selimuti aku…, selimuti aku…,” pinta Rasulullah kepad Khadijah sesampainya dirumah.
Khadijah segera menyelimuti Rasulullah. Sewaktu beliau berselimut itulah turun lagi wahyu dari Allah, surat Al-Muddatstsir ayat 1 sampai 7:

“Hai orang yang berselimut…! Bangun dan berilah peringatan. Agungkanlah Tuhanmu. Bersihkan pakaianmu. Tinggalkan perbuatan dosa. Jangn memberi dengan maksud mendapat lebih. Dan bersabarlah kepada Tuhanmu…”


Berdakwah


Muhammad benar-benar telah menjadi nabi. Allah telah mengutus malaikat Jibril kepada beliau untuk menyampaiakan wahyu. Wahyu itu berupa kitab bernama Alquran, petunjuk bagi semua umat manusia untuk menuju kebenaran, pada agama Islam.

Rasulullah mulai berdakwah secara diam-diam. Pertama-tama beliau berdakwah kepada keluarga dan orang-orang terdekat. Khadijah, istri beliau, langsung membenarkan kenabian Rasulullah, membantu dan menolong beliau dalam segala hal.

Abu bakar, sahabat Rasulullah, segera masuk Islam. Begitu juga dengan Ali bin Abi Thalib yang masih kecil. Usman bin Affan pun ikut masuk Islam setelah di ajak Abu Bakar.
Setelah itu, ikut masuk Islam pula Zubair bin Awwam, Zaid bin Haritsah, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqas

Tiga tahun lamanya Rasulullah berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Selama itu, ada 30 orang yang masuk Islam. Mereka tetap menyembunyikan keIslaman mereka karena takut ketahuan orang-orang musyrik. Pengajian sehari-hari untuk membina generasi awal yang tangguh dilaksanakan di rumah Arqam bin Abi Arqam.

Jumlah orang yang menerima dakwah Rasulullah semakin hari semakin banyak. Akhirnya, semua orang pun tahu bahwa Nabi Muhammad SAW. Membawa ajaran baru, yaitu agama Islam, agama yang berbeda dari kepercayaan orang-orang musyrik penyembah berhala.

Allah kemudian memerintahkan Rasulullah berdakwah secara terang-terangan agar semua orang menetahui isi ajaran Islam.

Allah berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 94:
“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Jangan hiraukan orang-orang musyrik.”

Setelah menerima perintah itu, Rasulullah segera memanggil orang-prang Quraisy yang masih musyrik dan mengumpulkan mereka di bukit Shafa. Beliau berseru,

“Wahai Bani Fihr, wahai Bani Adi….!”
Orang-orang kemudian berkumpul ingin mendengar apa yanga akan Nabi Muhammad SAW. Sampaikan.
“Percayakah kalian jika kukabarkan ada pasuka kuda dibalik gunung yang akan mnyerang kalian….?” Rasulullah mulai berbicara.

“Tentu saja kami percaya. Engkau belum perna berbohong kepada kami…!” jawab semua.
“Ketahuilah, aku adalah seorang pemberi peringatan akan adanya azab yang pedih,” Rasulullah melanjutkan kata-kata beliau, memperingatkan adanya siksa neraka diakhirat untuk orang-orang kafir.
Tiba-tiba…………

“Celaka kamu…! Hanya unutk inikah kau kumpulkan kami…?!”

Abu Lahab berteriak amat kerasnya. Amarahnya menggelegak. Abu Lahab memang orang kafir yang sangat menentang dakwah Rasulullah hingga turunlah surat Al-Lahab: “Celakalah kedua tangan Abu Lahab”.

Orang-orang kemudian bubar, pulang kerumah masing-masing. Mereka membicarakan Rasulullah yang mengajak mereka pada agama yang beliau bawa. Para pembesar suku Quraisy sangat marah dengan kejadian itu. Mereka tidak terima berhala-berhala mereka dihinakan. Akhirnya, mereka memusuhi dakwah Rasulullah.

Siksaan Kaum Kafir


Kota Mekkah gempar. Kaum Quraisy marah besar. Mereka bersepakat menemui Abi Thalib, memintanya menyuruh Rasulullah berhenti berdakwah dan membiarkan masyarakat tetap menganut agama nenek moyang.
Mereka bejanji akan memenuhi apa saja permintaan Rasulullah, asalkan beliau berhenti berdakwah. Mereka juga akan memberikan beliau kekuasaan, harta, atau istri yang paling cantik.
Namun, kepada Abu Thalib Rasulullah berkata, “Demi Allah, andai matahari ditangan kanan ku dan bulan ditangan kiriku! Aku tidak akan berhenti menyerukan dakwah ini sampai Allah memenangkan atau membinasakan ku….!”

Kaum kafir Quraisy pun pulan gdengan tangan hampa. Mereka sangat kecewa, juga khawatir orang-orang akan mendengarkan dakwah Rasulullah.

Orang-orang kafir itu kembali berkumpul untuk mecari siasat, jangan sampai para peziarah ke Kakbah mempercayai beliau. Mereka pun bersepakat menjelek-jelekan Rasulullah kepada para peziarah. Abu Lahab menjadi pelopor aksi itu. Pada setiap orang ia akan mengatakan bahwa Muhammad adalah tukang sihir.
Musim haji pun tiba. Orang-orang kafir itu pun bersiap-siap. Kemanapun Nabi Muhammad SAW. Menyampaikan agama Islam, mereka mengikuti beliau.

“Jangan kalian mengikutinya karena dia orang yang keluar dari agama nenek moyang. Dia seorang pendusta”, begitulah hatusan Abu Jahal dan Abu Lahab serta teman-teman mereka kepada orang-orang yang berhaji.
Tidak berhasil membujuk Rasulullah menghentikan dakwah, akhirnya orang-orang kafir itu mengancam dan menyiksa beliau. Tiap kali Rasulullah lewat, mereka mencemooh, mengejek, menghina, dan melempari beliau. Mereka juga sering menaburi jalan-jalan yagn biasa beliau lewati dengan duri-duri tajam dan rintangan.
Bahkan, ketika Rasulullah tengah bersujud, orang kafir menaruh kotoran binatang di punggung beliau. Dan ketika beliau sedang berjalan di lorong kota Mekkah, orang kafir menaburi kepala beliau dengan tanah.
Tidak hanya Rasulullah, para sahabat beliau juga mengalami siksaan kejam. Keluaraga Yasir mendapat siksaan hingga kedua orangtuanya meninggal dunia. Begitu juga dengan Khabab; ia disiksa oleh para pembesar suku Quraisy. Seorang budak, Bilal bin Rabah, disiksa majikannya dengan ditindih batu besar, dijemur dibawah terik matahari padang pasir. Ia dipaksa meninggalkan agama Islam dan kembali ke agama nenek moyang. Tapi, Bilal selalu menjawab dengan mantap, “Ahad…! Ahad…..! Ahad…..!” Bilal tak mau menyekutukan Allah. Mati-matian ia mempertahankan agamanya.

Melihat penyiksaan yang dialami Bilal, Abu Bakar kemudian memerdekakan Bilal dengan membelinya dari majikannya yang kejam.



Siksaan kaum kafir kepada umat Islam makin keras. Mereka bahkan memboikot Rasulullah dan para pengikut beliau. Namun, kabilah Rasulullah ikut melindungi. Mereka ikut merasakan kesusahan itu. Itulah pembelaan seoran gkabilah kepada seseorang diantara mereka.

Aksi boikot itu berlangsung selama 3 tahun. Abu Thalib yang sangat tua sangat kepayahan. Paman Rasulullah itu sangat menderita. Begitu juga dengan Khadijah. Ia sering sakit dan makin lemah. Untunglah boikot itu akhirnya berakhir setelah beberapa orang memeloporinya. Mereka tidak terima dan tidak tega melihat penderitaan Bani Hasyim, kerabat keluarga Nabi Muhammad saw.

Beberapa bulan setelah pemboikotan itu, paman dan istri Rasulullah meninggal dunia. Beliau sangat sedih. Kedua orang itulah yang selama ini sangat membantu dan memperlancar dakwah beliau.

Untuk menghibur Rasulullah, Allah kemudian meng-Israkan beliau dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsha di Palestina dalam waktu semalam. Tak hanya itu, Allah juga me-mikraj-kan beliau dari Masjid Al-Aqsha di bumi ke langit teratas. Peristiwa ini dikenal dengan Isra Mikraj. Isra sendiri berarti perjalanan di malam hari, sementara Mikraj berarti perjalanan naik ke langit.

Saat melakukan Mikraj, di langit Rasulullah bertemu dengan para nabi. Beliau juga ditunjuki surga dan neraka. Malaikat Jibril lah yang menemani beliau dalam perjalanan ke langit itu. Saat itu pulalah Rasulullah menerima wahyu dari Allah, yaitu kewajiban menjalankan shalat 5 waktu sehari semalam. Selesai menghadap Allah, Rasulullah kembali turun ke bumi.

Sesampai di bumi, Rasulullah menceritakan peristiwa itu kepada semua orang. Tapi, orang-orang kafir tetap tidak percaya. Mereka malah mengejek dan mengatakan beliau sudah gila. Hanya para sahabat yang mengimani kebenaran peristiwa itu. Bahkan Abu Bakar langsung memercayainya. Oleh karena itulah ia di juluki Abu Bakar As-shiddiq.

LIHAT BAG; 1 2

Tidak ada komentar: