Senin, 21 Maret 2011

KISAH NABI MUSA AS. DAN NABI HARUN AS.2

Kisah Nabi Musa As. dan Nabi Harun As Bagian II
Hijrah ke Madyan
Akhirnya Musa berhasil keluar dari Mesir dengan selamat. Ia sangat bersyukur kepada Allah.
“Semoga disini Allah menunjukkan aku jalan yang benar,” ia berdoa. Musa pun sampai disuatu negeri bernama Madyan yang terletak disebelah selatan Palestina. Setelah melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan, ia kemudian beristirahat dibawah sebuah pohon yang rindang. Sambil menikmati udara yang sejuk, Musa menhamati sekeliling.

Di kejauhan Musa melihat kerumunan orang. Orang-orang itu adalah sekelompok penggembala kambing. Mereka berdesak-desakan akan member minum ternak mereka.
Agak jauh dari kerumunan itu ia melihat dua orang gadis sedang menahan gembalaan mereka. Keduanya menghalang-halangi kambing mereka mendekati sumber air. Musa  kemudian mendekati keduanya.
“Mengapa kalian berbuat begitu?” Tanya Musa pada keduanya.
“Kami ingin member minum gembalaan kami. Tappi, kami tidak bisa melakukannya sebelum orang-orang itu pulang” jawab salah satu dari mereka.
“Perempuan menggembala kambing? Memangnya dikeluarga kalian tidak ada seorang laki-laki?” Tanya Musa keheranan.
“Ayah kami sudah tua.”
Musa merasa iba melihat keduanya. Tanpa berpikir panjang Musa segera membantu memberi minum gembalaan mereka. Setelah kambing-kambing itu puas minum, Musa pun menggiringnya.
Kedua gadis itu berterima kasih kepada Musa. Setelah itu, mereka menggiring kambing-kambing itu pulang, sedangkan Musa melanjutkan istirahatnya dibawah pohon.
“Ya, Allah. Aku sangat membutuhkan pertolongan-Mu,” Musa kembali berdoa.
Tak lama kemudian, salah satu dari kedua gadis yang telah ditolongnya tadi dating. Dengan malu-malu ia berjalan mendekati Musa.
“Ayahku memintamu datang. Beliau ingin berterima kasih kepadamu,” katanya dari tempat yang agak jauh.
Musa segera mengikuti gadis itu menuju rumahnya. Di rumah, sang ayah yang sudah tua sedang menunggu.

Menikahi Putri Nabi

Sesampainya dirunah gadis itu, Musa disambut hangat oleh si orangtua dan dipersilakan masuk. Ternyata, orangtua itu adalah Nabi Syuaib as. Musa kemudian menceritakan apa yang dialaminya di Mesir, perkelahiannya yan gmenyebabkan orang Mesir terbunuh hingga akhirnya ia ketahuan dan akan dihukum sampai kemudian melarikan diri keluar dari negeri itu.
“Jangan takut. Kini kau telah aman dari kejaran orang-orang zalim itu,” kata Nabi Syuaib as. menenangkan. Nabi Syuaib as. kemudian mengajak Musa tinggal dirumah beliau. Musa menyanggupi. Kemudian, gadis yang telah Musa tolong meminta kepada sang ayah agar meminta Musa bekerja kepada mereka.
“Dia orang yang kuat, jujur,dan dapat dipercaya,” katanya.
Nabi Syuaib as. tahu anak gadis beliau menyukai Musa. Beliau pun menyampaikan kepada Musa bahwa beliau berniat menikahinya.
“Wahai, Musa. Aku berniat menikahkan mu dengan salah seorang putriku,” kata Nabi Syuaib as.
Musa tersipu malu mendengar penawaran itu. Yapi, ia setuju dan menerimanya Karena sebenarnya ia juga menyukai gadis itu.
“Tapi, aku tidak punya apa-apa sebagai mahar.” Mussa berterus terang.
“Tidak apa-apa. Kau bisa menggantinya dengan bekerja disini selama 8 tahun. Apakah kau setuju?” Tanya Nabi Syuaib as. “Namun, jika mau, kau boleh menggenapkannya menjadi 10 tahun dan itu akan menjadi kebaikan bagimu.”
Akhirnya, Musa pun dinikahkan dengan putrid nabi Syuaib as.
Sekarang ia menjadi suami dari putrid cantik Nabi Syuaib as. mereka hidup berdampingan dengan bahagia, saling membantu mengerjakan tugas ayah mereka menggembala kambing.
Selama 8 tahun Musa bekerja dengan giat dan ikhlas. Pada tahun kedelapanan, oa teringat pada negeri Mesir. Ia rindu dan ingin kembali kesana. Ia kemudian meminta izin kepada Nabi Syuaib as. untuk kembali ke Mesir.

Menjadi Nabi

Nabi Syuaib as. mengizinkan Musa dan istrinya pulan gke Mesir. Dengan haru Nabi Syuaib as. melepaskan kepergian mereka.
Musa dan istrinya menempuh perjalanan ke Mesir melalui Utara. Ketika hari sudah gelap, sampailah mereka digunung Sinai. Mereka pun menghentikan perjalanan untuk istirahhat.
Malam itu begitu gelap dan dingin, tak ada penerangan. Di kejauhan terlihat nyala api disebuah gunung. Musa menyuruh istrinya diam ditempat itu, sementara ia akan mengambil api dari gunung agar mereka bisa mendapat penerangan dan menghangatkan tubuh.
Musa segera berjalan menuju arah api. Kemudian Allah berfirman, “Wahai, Musa. Sesungguhnya aku adalah Allah. Sekarang lepaskan alas kakimu. Sekarang kau berada di lembah suci thuwa.’’

Musa gemetar, keringat dingin mengucur dari dirinya. Saat itulah ia menerima wahyu dari Allah, diangkat menjadi utusan-Nya. Musa kemudian bersujud ditanah. Ia sangat bersyukur.
“Apa yang kau pegang ditangan kananmu, wahai Musa?”
“Ini adalah tongkat hamba untuk hamba bawa dalam perjalanan dan untuk menggembala kambing.”
“Lemparkanlah tongkatmu itu!”
Musa menaati perintah Allah. Dilemparkannya tongkat itu ketanah. Seketika tongkat itu berubah menjadi seekor ular. Musa ketakutan melihatnya dan tak berani mendekat.
“JAngan takut. Peganglah. Aku akan mengembalikannya seperti semula. Sekarang kepkedua tangan mu di ketiak. Tanganmu akan putih bersinar, bukan karena penyakit.”
Benarlah apa yang difirmankan; tangan Musa menjadi putih. Musa kemudian diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun yang jahat agar bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
Musa lalu mengemukakan kekhawatirannya. Ia teringat pernah membunuh seseorang di Mesir dan ia pun dikejar-kejara akan dibunuh. Namun, Allah menenangkannya. Dia berjanji akan selallu melindunginya.
“YA, Allah. Jadikan Harun bersmaku. Dia lebih lancar dalam berbicara.” Musa memohon kepada Allah.
Sejak saat itulah Allah mengukuhkan Musa sebagai Rasul-Nya, mengutusnya bersama Harun kepada Firaun dan golongan nya untuk mengajak mereka semua kembali ke agama Allah.


LIHAT BAG; 1 2 3 4 5

Tidak ada komentar: