Sabtu, 19 Maret 2011

KISAH NABI MUSA AS. & NABI HARUN AS.1



Negeri Mesir kala itu diperintah oleh seorang raja yang zalim. Raja itu bergelar Firaun. Ia amat kejam terhadap rakyatnya, tak sega-segan menghilangkan nyawa mereka demi kepuasan hatinya. Ia juga memperbudak manusia lain agar terlihat kuat. Diantara kaum yang diperbudak itu adalah kaum Bani Israil.


Bani Israil adalah suatu kaum yang datang dari Palestina.mereka tinggal di Mesir semenjak zaman Nabi Yusuf as. Pada mulanya mereka tinggal disana dengan aman tenteram, hidup berdampingan dengan penduduk asli Mesir. Namun, ketika raja berganti, mereka diperlakukan sewenang-wenang.

Bani Israil diperbudak oleh Firaun. Mereka dipekerjakan untuk membuat bangunan-bangunan besar. Siang malam mereka bekerja tanpa dibayar, selalu diawasi oleh pasukan kejam yang tak segan-segan memukul dan membunuh mereka. Kehidupan Bani Israil sangat menderita.

Suatu ketika seorang ahli nujum bangsa Mesir meramal kelak Firaun akan dikalahkan oleh seorang laki-laki yang lahir dari Bani Israil. Mendenngar ramalan itu Firaun marah besar. Ia takut kekuasaan nya akan direbut oleh Bani Israil, bangsa yang diperbudaknya dengan kejam.

Jadi, Firaun pun memerintahkan bala tentaranya agar membunuh semua bayi laki-laki yang lahir. Pasukan Firaun melaksanakan perintah itu. Mereka berkeliling ke semua tempat, mencari setiap bayi laki-laki dan membunuhnya.

‘’Ampun, Tuan. Jangan bunuh bayi kami…,,‘‘ kata ibu-ibu mengiba agar bayi mereka tidak dibunuh.

Tapi, pembunuhan teruy terjadi tanpa ampun. Semua bayi lai-laki dibunuh, tanpa kecuali.

Bayi Musa Dihanyutkan

Pembunuhan bayi laki-laki terjadi dimana-mana. Setiap orang tua harus merelakan bayi laki-laki mereka dibunuh tentara Firaun tanpa bisa berbuat apa-apa. Mereka tak berani  melawan Karena takut.

Pada waktu itu seorang perempuan Bani Israil sedangmengandung. Nama perempuan itu adalah Yukabad. Ia dan keluarganya beragama Islam, berbeda dengan Firaun.

Kandungan Yukabad semakin hari semakin membesar. Waktu melahirkanpun semakin dekat. Usia kandungannya menunjukkan tak lama lagi sang jabang bayi akan lahir. Yukabad merasa bingung dan gelisah. Ia sangat khawatir jika bayi yang ia kandung adalah laki-laki.

Ternyata benar. Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi itu sangat manis dan lucu. Wajahnya berbinar-binar, membuat ibunya sangat bahagia. Tapi, Yukabad juga sedih. Kalau sampai ketauan oleh Firaun, bayi itu pasti akan dibunuh. Yukabadkebingungan memiirkan cara menyelamatkan anaknya. Ia selalu memohon dan berdoa kepada Allah, meminta petunjuk.

Allah mendengardoa Yukabad. Allah kemudian memberikan ilham kepada ibu bayi itu agar meletakan anaknya kedalam suatu peti kemudian menghanyutkannya ke sungai Nil. Allah kelak akan mengembalikan bayi itu kepadanya. Anak itu nantinya akan menjadi seorang Rasul.

Yukabad kemudian melaksanakan petunjuk Allah itu. Segera meletakkan bayi nya kedalam sebuah peti. Dengan perasaan hancur, ia menghanyutkan anaknya dalam peti. Ia menyuruh seorang kakak perempuan itu untuk mengawasi hanyutnya peti.

Menjadi Anak Angkat Firaun

Peti hanyut mengikuti aliran air, semakin lama semakin jauh. Kakak bayi itu dengan sabar mengikuti adiknya dari kejauhan. Ia selalu berdoa kepada Allah agar menyelamatkannya dari mara bahaya.

Betapa gelisah dan khawatir kakak bayi itu. Peti itu hanyut berbelok kearah istana Firaun. Bagaimana jadinya nanti? Bukankah Firaun raja kejam yang membunuh semua bayi laki-laki? Ia terus mengamati dari kejauhan. Saat itulah dilihatnya istrui Firaun yang bernama Asiyah sedang berada dipinggir sungai bersama para dayang.

Mereka memperhatikan benda yang hanyut di sungai itu.

“Apa itu,?” Tanya mereka. Seorang dari mereka segera mendekati benda itu. Ternyata sebuah peti yang ada isinya.

“Lihat! Ada bayi mungil, manis sekali!” semua perempuan di pinggir sungai itu segera mengerubutinya. Mereka kagum dan gemas dengan bayi itu. Bayi itu kemudain mereka serahkan kepada Asiyah. Asiyah menimang bayi itu dengan penuh kasih dan membawanya masuk ke istana.

“Suamiku, kita ambil saja bayi ini sebagai putra kesayangan kita,” kata Asiyah kepada Firaun. “Engkau jangan  membunuhnya. Semoga ia kelak bermanfaat bagi kita,” lanjutnya penuh paraf agar Firaun tidak membunuh bayi itu.

Firaun pun memenuhi permintaan Asiyah. Mereka kemudian menamai bayi itu Musa. Jadilah Musa anak angkat raja.

Sementara itu, kakak Musa segera kembali kepada ibunya, ia bercerita bahwa adiknya telah diambil oleh permaisuri raja, dijadikan anak angkat.

Mencari Ibu Susuan

Ibunda Musa kita tahu anaknya telah selamat, berada dalam asuhan orang istana. Tapi, ia masih sedih dan khawatir memikirkan keselamatannya.

Di istana, Musa selalu menangis. Ia tak mau disusui oleh orang-orang disana. Kerajaan pun dibuat gempar olehnya. Segeralah diumumkan bahwa sang permaisuri mencari ibu susu untuk Musa. Kabar itu tersiar dan diketahui pula oleh ibu Musa.

Berbondong-bondong perempuan tukagn menyusui pergi ke istana. Mereka menawarkan diri untuk menyusui Musa. Tapi, tak satupun dari para perempuan itu dipilih Musa; semuanya ditolaknya. Ia terus menangis tak hentio-henti.

Kakak perempuan Musa tahu akan hal itu. Ia segera menemui orang istana.

“aku bisa menunjukan orang yang bisa menyusui bayi ini,” katanya.

“Cepat kau panggil orang itu kemari,” kata orang istana itu menyuruh kakak Musa menjemput ibunya ke istana.

Ibu Musa pun kemudian dating ke istana. Segera didekap dan disusui nya bayi Musa dengan penuh kasih sayang. Semua oran gkeheranan dan curiga, jangan-jangan ia adalah ibu Musa.

“Hei! Siapa kau sebenarnya?” hentak Firaun. “Sss…..saya tukang menyusui bayi, tuan,” jawab Yukabad gugup dan gemetaran.

“Ibu-ibu yang lain juga sering menyusui bayi. Tapi, mengapa Musa menyukaimu? Apakah kamu ibunya?”

Yukabad bertambah cemas. Sebenarnya ia ingin sekali mengatakan bahwa ia memang ibu Musa. Tapi, demi keselamatan anak itu ia pun mengelak.

“Mungkin karena air susu saya, Tuan,” Yukabad berkelak.

Akhirnya, Firaun percaya dengan alas an ibu Musa. Dengan aman Yukabad pun menyusui Musa, anaknya sendiri. Ia sangat bersyukur, akhirnya Musa benar-benar dikembalikan ke pangkuannya. Allah selalu menepati janji-Nya.

Setelah masa menyusui berakhir, Musa dikembalikan ke istana. Dengan berat hati Yukabad menyerahkan anaknya untuk hidup di istana bersama Firaun yang kejam. Tapi, ia selalu yakin pada janji Allah. Musa akan selamat sampai dewasa dan menjadi nabi.

Membunuh Orang

Di istana Musa hidup bahagia. Ia tumbuh makin besar dan dewasa. Perawakan nya gagah, wajahnya tampan. Kemana-mana ia selalu dikawal prajurit. Ia selalu menjadi perhatian orang. Musa ingin sekali pergi berjalan-jalan seorang diri. Pada waktu yang tepat, akhirnya ia bisa keluar istana, berjalan sendirian ke pelosok-pelosok negeri mengamati kehidupan keseharian penduduknya. Ia merasa prihatin dengan nasib Bani Israil. Mereka hidup sangat menderita karena ditindas. Firaun memperbudak mereka.

Dalam perjalanan ia melihat perkelahian antara orang Mesir dan Bani ISrail. Si Bani ISrail mulai terdesak. Ia memanggil Musa, meminta pertolongan pada nya.

“Hai, Musa. Tolong aku. Orang Mesir ingin membunuhku.!” Teriak si Bani Israil.

Musa merasa kasihan melihat si Bani Israil. Ia segera dating menolongnya. Dengan cepat Musa memukul orang Mesir itu dengan keras.

Bukkkk!! Musa melayangkan pukulannya. Sekali pukul, orang Mesir itu langsung jatuh tersungkur. Tubuhnya tak bergerak. Ia tak berserak lagi. Musa dan Bani Israil memperhatikannya. Ternyata, orang Mesir itu tewas oleh pukulan Musa.

Musa dan Bani Israil menjadi kebingungan. Mereka tidak tahu hasur berbuat apa. Akhirnya, Musa menyuruh si Bani Israil pergi, melarangnya membeberkan rahasia itu. Sementara itu, Musa tertunduk lemas. Ia sangat menyesali kejadian itu. Mengapa ia sampai membunuh orang? Sebenarnya, ia tidak berniat membunuhnya; ia hanya ingin memberinya pelajaran.

Kabar kematian itu segera menyebar keseluruh negeri. Orang-orang menduga-duga pasti pembunuhnya adalah orang Bani Israil. Para pejabat istana sangat marah dengan kejadian itu. Mereka ingin menghukum si pembunuh dan menghukumnya dengan berat.

“Kalau tertangkap, pembunuh itu harus dihukum mati.” Kata orang-orang Mesir.

“Ya, Bani Israil harus diberi pelajaran.” Sambung yang lain.

Di istana Musa tidak tenang. Ia selalu gelisah, takut ketahuan. Tapi, ia selalu berdoa kepada Allah, memohon perlindungan agar terhindar dari mara bahaya.

Untuk menenangkan diri, Musa kemudian keluar istana, pergi ke tempat sepi. Tapi, lagi-lagi dijalan ia melihat perkelahian. Ternyata, kembali si Bani Israil yang kemarin. Ia lagi-lagi meminta tolong kepada Musa untuk menghadapi lawannya. Musa sangat marah kepada si Bani Israil itu, ternyata ia orang yang senang membuat gara-gara. Musa mendekatinya dengan marah. Si Bani Israil ketakutan.

“Ampun Musa, jangan bunuh aku.” Kata orang itu mengiba.

Tapi Musa terus mendekat kearahnya, mencengkram bajunya. Oran gitu semakin ketakutan.

“apakah kau akan membunuhku seperti orang kemarin itu? Jika begitu, kau memang sewenang-wenang. Bukannya berbuat kebaikan,” kata si Bani Israil lantang.

Ternya, kata-kata si Bani Israi itu terdengar oleh orang Mesir. Oran gitu segera berlari, memberitahu orang-orang bahwa si pembunuh itu adalah Musa. Akhirnya, semua orang pun mengetahui berita itu. Musa betambah khawatir dengan keselataman dirinya. Hari-hari berlalu tanpa kepastian hokum buat Musa.

Suatu ketika, Musa sedang sendirian. Tiba-tiba datan gseseorang dari sudut kota. Ia lari tergopoh-gopoh kearah  Musa.

“Musa, Musa… kau harus segera meninggalkan Mesir. Orang-orang berencana membunuhmu! Cepatlah, aku mengkhawatirkan keselamatanmu.” Kata orang itu terengah-engah karena habis berlari.

Musa segera mengemasi barang-barangnya. Ia akan segera meninggalkan Mesir, melarikan diri dari kejaran orang-orang kerajaan.

“YA, Allah. Selamatkanlah aku dari orang-orang zalim itu.,” Musa berdoa.   

LANJUT BAG.1 2 3 4 5

Tidak ada komentar: