Senin, 21 Maret 2011

KISAH NABI MUSA AS. DAN NABI HARUN AS.5

Kisah Nabi Musa As. dan Nabi Harun As. Bagian5

Bani Israil Pembangkang

Bani Israil tidak pandai bersyukur. Mereka sering mengingkari nikmat dan karunia Allah. Mereka juga tidak segan menolak perintah Allah. Oleh karena itu, banyyak nabi yang diutus untuk mengingatkan mereka agar kembali ke jalan yang diridhai Allah. Para nabi tersebut adalah keturunan Nabi Yakub as., mulai Nabi Yusuf as., hingga Nabi Isa as. Putra Maryam.

Ada banyak contoh buruknya sikap Bani Israil,dianaranya ketika mereka baru saja selamat dari kejaran tentara Firaun dan melewati suatu kaum yang menyembah berhala.

‘’Wahai, Musa. Buatkanlah kamiberhalaagar kami bisa menyembah berhala seperti mereka.’’tiba-tiba diantara Bani Israil berkata demikian paada Nabi Musa as.

Betapa terkejutny Nabi Musa as. Bukankah Allah baru saja memerlihatkan mukjizat tongkat berubah jadi ular dan terbelah laut? Baru saja orang-orang itu melihat mukjizat Allah di depan mata, tapi mereka sudah luppa seakan tak pernah mengalaminya.  Mereka malah mau menyekutukan Allah.

Bani Israil juga banyak bertanya dan berkilah. Mereka tidakmau patuh terhadap perintah Allah dan rasul-Nya. Selalu mencari-cari cara untuk melanggar perintah dan larangan.

Selain itu, bani Israil sering meminta dan mengeluh. Mereka sering meminta hal yang aneh-aneh, sseperti diturunkannya makanan dari langit. Ketika kekurangan air di perjalanan, mereka ributa dan mengeluh kepada Nabi Musa as. Allah kemudian memerintahkan Nabi Musa as. Untuk m emukulkan tongkat ke sebuah batu. Setelah itu, keluarlah 12 mata air darinya untuk 12 suku masing-masing.

Bani Israil juga rakus dan pendengki. Maka, ketikak Nabi terakhir di utus bukan dari kaum Bani israil bangsa itu menolaknya. Bahkan, mereka juga pearnah membunuh seorang nabi yaitu Nabi Yahya as.

Taurat Diwahyukan
Allah memerintahkan Nabi Musa as. pergi selama 40 hari 40 malam. Perintah itu harus dilaksanakan. Nabi Musa as. pun bersiap berangkat. Urusan Bani Israil beliau serahkan pada Nabi Harun as.

Berangkatlah Nabi Musa as. ke gunung Sinai. Disana Allah berfiraman langsung kepada beliau. Oleh karena itu, Nabi Musa as. juga diberi gelar “Kalimullah”, yaitu orang yang diajak bicara langsung oleh Allah. Itulah keutamaan Nabi Musa as.

Setiap rasul menerima wahyu. Begitu pula dengan Nabi Musa as. Di gunung Sinai inilah Taurat diturunkan sekaligus, untuk dijadikan pedoman hidup bagi Bani Israil agar mereka selamat dunia dan akhirat. Nabi Musa as. sangat bersyukur. Tapi, beliau masih punya permohonan kepada Allah.

“Ya Allah, bolehkah hamba melihat wajah-Mu?” Tanya Nabi Musa as. penuh harap. Tapi, apakah permohonan itu tidak terlalu besar?

“Wahai, Musa. Aku akan memperlihatakn wajahku pada gunung itu. Karena gunung itu lebih kuat darimu. Jika gunung itu tetap berdiri tegak, kau pun akan bisa melihat aku.” Allah berfirman.
Nabi Musa as. segera melihat kearah gunung. Tiba-tiba gunung itu hancur. Masya Allah! Nabi Musa as. pingsan melihat itu karena tidak kuat.

Setelah siuman, Nabi Musa as. beristighfar, memohon ampun kepada Allah atas kelancangan beliau meminta hal yang luar biasa.
“Ya Allah, sungguh telah cukup hamba menyaksikan kekuasaan-Mu.”

Bani Israil Menyembah Anak Sapi
Selama Bani Israil bepergian selama 40  hari, tugas beliau digantikan oleh Nabi Harun as. Dengan sabar dan penuih perjuangan Nabi Harun as. membimbing Bani Israil. Tak mudah membimbing kaum pembangkang seperti Bani Israil.
Selama masa bepergian itu, Bani Israil bertanya-tanya, “Kemana nabi Musa? Mengapa dia tidak memperhatikan dan mempedulikan kita lagi?” begitulah mereka selalu mengeluh.

“Sabarlah kaumku, ada aku disini. Aku siap menggantikan tugas nabi Musa as.” kata Nabi Harun as. menghibur dan menasiahti.

“Nabi Musa as. sudah tak mempedulikan kita lagi,” kata yang lain.
“Ya, dia sudah tidak ingat kepada kita lagi. Dia pergi untuk mencari kesenangan.”
Keluh kesah terdengar terus-menerus.

Nabi Harun as. dengan sabar menjelaskan bahwa Nabi musa as. pergi untuk menerima perintah Allah, dan beliau akan segera kembali jika urusan telah selesai. Bani israil hanya perlu bersabar.
Tapi, Bani Israil semakin tidak sabar. Mereka terus-menerus menggerutu dan mengeluh. Saat itu lah seseorang bernama Samiri datang ingin menjadi pahlawan. Ia berusaha menarik perhatian bani Israil. Ia mengaku mendapat bimbingan dari malaikat Jibril.

“Whai, kaumku. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada Musa. Kita harus mendiri,” kata Samiri.
Samiri kemudian membuat patung anak sapi dari emas. Aneh nya patung itu bisa bersuara.
“Wahai, kaumku. Ini Tuhan kita yang baru. Kalian harus menyembahnya.” Kata Samiri menyesatakn Bani Israil. Bukannya membantah Bani israil menuruti saja perkataan Samiri. Iman mereka memang mudah tegoyah. Akhirnya mereka menyembah patung anak sapi.

Tobat bani israil
Baegitu selesai, melaksanakan tugas dari Allah, Nabi Musa as. langsung kembali pada kaum beliau. Beliau bergegas menyusuri jalan yang panjang, ingin segera sampai menemui Bnai Israil. Kini beliau membawa kitab Taurat untuk mereka semua.

Akhirnya, sampailah juga beliau di bani israil. Tapi, Bani Israil sudah tidak menghiraukan beliau lagi. Betapa, kagetnya beliau ketika mengetahui mereka telah menyembah berhala kembali. Yaitu berhala patunga nak sapi yang dibuat oleh Samiri. Nabi Musa as. sangat marahmelihat murtadnya Bani Israil. Belaiu bahkan sempat marah karena menganggap Nabi Harun as. rtidak becus menjaga Bani Israil.

Dengan wajah graang Nabi Musa as. mencengkeram jenggot Nabi harun as.
“Wahai, sepupuku. Jangan kaucengkeram jenggotku,” kata Nbai Harun as. “Aku tidak ingin Bani Israil semakin melecehkan aku.”
Nabi Musa as. masih belum  melepaskan cengkeramannya.
“Mereka bahkan mengancamku, ketika aku member peringatan. Kau ingat, ketika mereka meminta kita membutkan berhala ketika kita melewati sutu kampung?” nabi Harun as. mengingatkan.

Bani Israil memang sulit diatur. Dan suka seenaknya sendiri. Nabi Musa sa. Tak habis piker mengapa Bani Israil selalu membangkang. Merka mudah lupa dan selallu kufur setela mereka menerima nikmat Allah.
Akhirnya, Nabi Musa as. mengusir Samiri. Kepada Allah beliau menyerahkan dosa yang dibuat Samiri. Setelah itu, Samiri begitu menderita. Ia selalu kesakitan ketika bersentuhan denga orang. Itulah hukuman dari Allah. Samiri pun tersiksa didunia dan diakhirat.

Setelah melihat adzab yang menimpa Samiri, Bani Israil kembali insyaf. Dengan bimbingan Nabi Musa as. mereka bertobat kepada Allah.

Berangkatlah Nabi Musa as. bersama rombongan yang berjumlah 70 orang ke gunung Sinai. Di gunung Sinai Allah mengirimkan awan hitam tebal yang menaungi mereka. Nabi Musa as. mengajak mereka memasuki awan itu dan bersujud. Allah kemudian memberikan firmannya kepada Nabi Musa as.

Mengetahui Allah menyampaikan firman-Nya langasung kepada Nabi Musa as, timbulah permintaan aneh dalam diri Bani Israil. Merka ingin melihat Allah. Mereka lalu menyampaikan permintaaan itu kepada Nabi Musa as.

“Wahai, Musa. Kami tidak ingin beriman kepada Allah sebelum kami melihat wajah Allah.” Dengan lanacang Bni Israil ingin melihat Allah.
Allah murka. Dengan kaelakuan Bani ISrail yang tidak tahu diri. Maka, ke 70 orang itupun disambar petir dan mati.
Nabi Musa as. sangat mnyesali kelakuan umat beliau. Beliau kemudian berdoa kepada Allah agar mengampuni mereka dan mengampuni mereka lagi. Allah mengabulkan permohonan nabi-Nya. Orang-orang itu pun hidup kembali.

Bani Musa as. pun menyumpah ke 70 pengikut beliau agar selalu taat kepada Allah, tidak akan bersikap kurang ajar kepada Allah dan Rasul-Nya lagi.

Al-Baqarah (Sapi Betina)
Nabi Musa as. harus sangat bersabar dalam menghadapi Bani Israil. Mereka adalah kaum yang sangat ingakr kepada Allah, mudah melupakan nikmat yang Allah berikan pada mereka. Dan cepat berburuk sangka kepada Allah.

Suatu hari, ada seorang anak kecil mati terbunuh. Saudar-saudara anak tersebut datang kepada Nabi Musa as. mengadukan nasib anak malang itu. Merek meminta Nabi Musa mencarikan pembunuhnya.

Nabi Musa as. lalu berdoa kepada Allah agar bisa menemukan pelaku yang membunuh anak kecil itu. Allah kemudian memerintahkan keluarga ank kecil itu menyembelih seekor sapi betina. Setelah disembelih, lidah sapi itu harus dipotong. Kemudian dipukulkan pada tubuh anak kecil yang telah mati itu agar hidup lagi.

“Wahai, mUsa. Jangan kau mempermainkan kami,.” Kata orang-orang tak percaya.
“Aku berlindung kepada Allah, dari hal-hal demikian.” Jawab Nabi Musa as. singakt.
“Kalau begitu sapi betina seperti apa? Tanyalah pada Tuhanmu sapi betina seperti apa?” kata mereka rewel, ingiin menyulitkan diri sendiri, dan Nabi Musa as. kalau saja mereka patuh dan langsung menyembelih sapi betina mungkin masalah itu sudah selesai. Akhirnya, Nabi Musa as. berdoa kepada Allah.
“Sapi betina yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,.” Kata Nabi Musa as. kepada kaum beliau.
“Sapi yang berwarna apa?” tnaya mereka lagi.
“yang berwarna kuning tanpa cela,.’ Jawab Nabi Musa as.
“Sebutkan cirri-ciri sapi itu agar kami bisa mnecarinya.” Bani Israil bertanya terus tak ada habisnya.
“Sapi betina itu tak pernah digunakan untuk membajak tanah.” Nabi Musa as. menerangkan.

Barulah setelah itu mereka mencario sapi betina itu, mereka mencari sapi betina itu kemana-mana, tapi tak juga menemukan sapi betina dengan cirri-ciri tsb. Akhirnya, mereka menemukan sapi betina itu, milik sorang anak yatim.

“Berapa harga sapimu?” tanay mereka kepada anak itu.
“Sapi ini tidak aku jual. Sapi ini satu-satunya warisan orang tuaku.” Jawab anak itu.
Mereka terus membujuk anak itu agar menjual sapinya. Akhirnya, anak itu melepaskannya denga harga yang sangat mahal. Ia mendapat  banyak sekali uang.
Segera sapi betina itu dibawa pulang dan disembelih. Setelah itu, lidahnya dipotong dan dipukulkan pada tubuh anak kecil yang terbuhu itu.

Ajaib! Anak kecil itu hidup lagi.
“Merekalah yang telha membunuhku……!” kata anak itu sambil menunjuk kea rah saudara-saudaranya. Ternyata, saudara-saudarnya sendirilah yang telah membunuhnya. Mereka ingin harta warisan sang ayah, dan tega membunuh adiknya.

Nabi Musa as. segera mengadili para pembunuh itu. Mereka akan segera mendapat hukuman berdasarkan kitab Taurat. Begitulah Nabi Musa a. memutuskan perkara pada Bani Israil dengan kitab Taurat.

Bertemu Nabi Khidir

Nabi Musa as. sangat giat berdakwah kepa Bani Israil.  Mereka aadlah kaum yang dipilih Allah waktu itu. Banyak Nabi dan Rasul yang diutus Allah untuk mereka.

Suatu hari, Nabi Musa as. berdakwah di hadapan kaum beliau. Khotbah beliau sangat memukau dan mengesankan. Belaiu mengingatkan Bani Israil agar mematuhi isi ajaran kitab Taurat karena itulah jalan keselamatan.

Setelah Nabi selesai berkhotbah, seseorang bertanya,
“Wahai, Nabi Musa. Siapakah orang yang paling pandai di muka bumi ini?”
“Aku.,” Jawab Nabi Musa as. “Akulah orang yang paling berilmu. Aku nabi terbesar Bani Israil.” Kata beliau dalam hati.
“Adakah orang yang lebih pandai daripada engaku?” Tanya orang itu lagi.
“Tidak ada.” Jawab Nabi Musa as. beliau yakin bahwa beliau lah oran gyang paling pandai dimuka bumi ini.
Tanpa sadar beliau telah tinggi hati. Allah berkehendak menegur beliau. Maka, Allah memerintahkan beliau mencari seseorang yang lebih pandai, orang yang telha Allah berikan kedalaman ilmu lebih dari Nbai Musa as. ada seseorang yang sangat berilmu; orang itu bernnama Khidir.

Nabi Musa as. meminta dipertemukan pada Nabi Khidir, dan beliau juga memohon agar Allah menunjukan jalan kesana.
“Kau dapat menemuinya ditempat bertemunya kedua lautan. Bawalah seekor ikan didalam keranjang. Ketahuilah, tempat engkau kehilangan ikan itu, disnalah kau akan menemukan hamba-Ku yang saleh itu.,” Allah berfirman pada Nabi Musa as.

Maka, berangkatlah Nabi Musa as. menemui Nabi Khidir. Beliau ditemani oleh seorang pembantu bernama Yusya bin Nun. Berhari-hari mereka menyusuri jalan, akhirnya merek asampai di pertemuan antara dua laut. Keduanya lalu berhenti untuk beristirahat.

Saking lelahnya, akhirnya Nbai Musa as. pun tertidur sementara Yusya tidak. Hujan pun turun dan airnya memenuhi keranjang yang berisi ikan. Secar ajaib, ikan itu hidup dan bergerak lalu masuk ke dalam laut.
Nabi mUsa as. terbangun da nmelanjutkan perjalanan. Sesampainya disuatu tempat, Nbai Musa as. merasa lapar.

“Dimana bekal kita Yusya?” Tanya Nabi Musa as.
“Sebenarnya ikan itu telah menceburkan diri kelaut dengan cara yang aneh. Setan telah membuat saya lupa sehingga saya tidak menceritakannya.,” kata Yusya menyesal.
“Ikan itu menceburkan diri kelaut?” Tanya Nbai Musa as. dengan gembira. Dia senang Karen telah menemukan tempat yang ia cari.
“Diamana tempat ikan itu menceburkan ke laut?” Tanya Nabi Musa as. lebih lanjut
Mereka lalu kembali ke tempat mereka istirhat tadi. Mereka bertemu dengan seorang laki-laki.
“Assalamualaikum,.” Nabi Musa as. memberikan salam
“Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.siapa kah engkau?” Tanya orang itu
“Aku Musa,.” Jawab Nabi Musa as. memperkenalkan diri, menyatakan maksud dan tujuan beliau mencari Nabi Khidir.
“Musa Nabi Bani Israil?” Tanya orang yang ternyata Nabi Khidir as.
“Benar. Dari mana engkau tahu?” Tanya Nabi Musa as. keheranan.
“Dari yang mengutusmu,” jawab Nabi Khidir as.
Nabi Musa kagum, dan menyatakan ingin berguru pada Nabi Khidir as.
“engaku takan sabar bersmaku.” Kata Nabi khidir as.
“Insya Allah engkau akan tahu bahwa aku orang yanag sabar..” jawab Nabi Musa as.
“Baiklah, tapi ada syaratnya.. engaku tak boleh bertanya tentang apa saja yang aku lakukan. Nanti aku jelaskan.” Kata Nabi Khidir as.
“Ya, insya allah aku sanggup.” Jawab Nabi Musa as.

Mereka pun melakukan perjalanan. . mereka naik perahu milik seseoran guntuk di antar ke tempat tujuan. Di ujung perahu hinggap seekor burung dan meminum air dengan paruhnya.
“Wahai, Musa. Kau lihat burung itu. Berepa banyak yang ia minum, dan berapa banyak yang masih di laut?” Tanya Nabi Khidir as. penuh arti,
“ air yang diminum burung itu sedikit sekali. Sedangkan sisanya masih sangat banyak.” Jawab Nabi Mussa as.
“Seperti itulah perbandingan ilmu manusia dan ilmu Allah.” Nabi Khidir as. menjelaskan, Nabi Musa as. pun semakin kagum.

Sembari berbincang. Nabi Khidir as. melubangi lantai perahu. Nabi Musa as heran mlihatnya. Beliau bermaksud mengingatkan.
“Mengpa engkau melubangi perahu nelayan itu?” tak mengerti.
“Bukankah tadi sudah ku katakana… kau takkan sabar bersamaku.” Jawab Nabi Khidir as. singkat.
“Oh ya, maafkan aku.” Kata Nabi Musa as. meneyesali perkattan beliau.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Di tengah jalan, mereka melihat anak-anak sedang bermain. Lalu, Nabi Khidir as. mengajak salah seorang anak itu ke suatu tempat lalu membunuhnya.
“Apa salah anak itu? Mengapa kau membunuhnya? Kau telah melakukan suatu dosa.” Kata NAbi Musa as. bertambah heran.
“sudah ku katakana. Kau takkan sabar..” jawab Nabi KHidir as. menjawab dengan tenang.
Nabi Musa as. kembali minta maaf.
“Jika sekali lagi bertnya aku takkan ikut engkau lagi.” Kata nabi Musa as. berjanji.
Setelah terus berjalan, tibalah nabi Musa as. dan Nabi Khidir as. di sebuah rumah. Rumah itu miring dan hamper roboh. Dindingnya berlubang.

Dengan cekatan Nbai Khidir as. memperbaiki rumah yang hampir roboh itu.
“Andaikan kau mau, kau bisa mendapat imbalan darinya.” Kata Nabi Musa as. menyarankan.
“Inilah saat perpisahan kita.’ Kata Nabi Khidir as.
Nabi Musa as. terhenyak, menyesali keteledoran yan gtelah beliau lakukan. Namun, sebelum berpisah nabi Khidir menjelaskan segalanya.
“Perahu itu aku lubangi supaya tenggelam. Itu karena adanya seorang penguasa yang gemar merampas barang milik rakyat. Jika tenggelam, perahu itu nanti masih bisa diambil lagi oleh pemiliknya. Tapi, jika dibiarkan perahu itu akan dirampas.

“Anak kecil yang aku bunuh itu adalah anak yang asangat disayangi kedua orangtuanya. Dan dia memiliki kecenderungan pada kekufuran. Jika dibiarkan, anak itu bisa membuat orangtuanya terseret ke neraka….
“Rumah reyot yang aku perbaiki itu milik anak yatim. Dibawah rumah itu terdapat harta terpendam. Jika anak itu telah dewasa bisa ia pergunakan …..
“Begitulah, semua yan gaku lakukan bukan kehendakku sndiri. Aku hanya menjalankan apa yang Allah wahyukan.” Nabi Khidir as. mengakhiri. Setelah itu kedua nabi tersebut berpisah.
Nabi Musa as. akhirnya menyadari keterbatasan ilmu beliau. Ternyata diatas langit masih ada langit. Diatas orang berilmu masih ada orang yang lebih berilmu. Kita tidak boleh menyombongkan diri dan mengganggap diri kita paling pintar.

LIHAT BAG; 1 2 3 5

Tidak ada komentar: